Sabtu, 18 Juni 2011

Konseling “ TRAIT & FACTOR “
Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau factor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap dan tempramen. Tokoh utama dari teori ini adalah “ Walter Bingham, John Darley, Donald G, Paterson, dan E.G Williamson. Dari berbagai tokoh tersebut yang paling menonjol dan terkenal adalah Williamson karena pandangan dan konsepnya banyak dipublikasikan dalam berbagai artikel dalam jurnal dan buku-buku. Teori ini sering disebut sebagai “ KONSELING DIREKTIF “ ( Konseling yang berpusat pada konselor ).

1. Konsep Utama
Kepribadian merupakan suatu sitem sifat atau faktor yang saling berkaitan seperti kecakapan, minat, sikap dan temperamen. Banyak usaha untuk membuat kategori orang-orang atas dasar dimensi dari macam-macam sifat studi ilmiah yang telah dilakukan antara lain :
1) Mengulur dan menilai ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis.
2) Mendefinisikan atau menggambarkan diri seseorang
3) Membantu orang untuk memahami diri dan lingkungannya.
4) Memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai dimasa mendatang.
Hal paling mendasar adalah “ Asumsi bahwa individu berusaha menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya “. Dengan mendefinisikan ciri dan factor individu konselor dapat membantunya dalam memilih program study, mata kuliah, perguruan tinggi dll
 Maksud dari konseling ini menurut Williamson adalah :
1) Membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia.
2) Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
( Shertzer dan Stone, 1980, 171 ).
 Asumsi pokok yang mendasari teori ini adalah :
1) Karena setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan kemampuan yang terorganisasikan relative stabil setelah remaja maka tes obyektif dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik tersebut.
2) Pola kepribadian dan minat berkorelasi dengan perilaku kerja tertentu.
3) Kurikulum yang berbeda dapat membuat kapasitas dan minat yang bberbeda.
4) Siswa maupun konselor hendaknya mendiagnosa siswa untuk mengawali penempatan dalam kurikulum atau pekerjaan.
5) Setiap orang mempunyai kecakapan dan keinginan untuk mengidentifikasi secara kognitif kemampuannya sendiri.

2. Proses Konseling.
Peran konselor memberitahukan pada konseling tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor melalui hasil testing.
Hubungan konseling merupaakan hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam hubungan tatap muka, kemudian konselor bukan hanya membantu individu atas apa saja yang sesuai dengan potensinya, tetapi konselor harus mempengaruhi client berkembang kesatu arah yang terbaik baginya.
Proses konseling dibagi dalam lima tahap sebagai berikut :
a) Tahap Analisis
Tahapan kegiatan yang terdiri dari pengumpulan informasi dan data mengenai client atau konseling. Sebelum proses konseling dilaksanakan, baik client maupun konselor harus mempunyai informasi yang dapat dipercaya, tepat dan relevan untuk mendiagnosa pembawaan, minat, motif, kesehatan jasmani dan keseimbangan emosional dan sifat lain yang dapat memudahkan atau mempersulit penyesuaian yang memuaskan baik disekolah / pekerjaan.
Analisa dapat menggunakan alat seperti ; catatan kumulatif, wawancara, format distribusi waktu, otobiografi, catatan amedot
b. Tahap Sintesis
Langkah merangkum dan mengatur data dari hasil anaklisis, sehingga dapat menunjukan bakat client, kelemahan, dan kekuatan kemampuan penyesuaian diri.
c. Tahap Diagnosis
Sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan yang dapat mengarah kepada permasalahan, sebab – sebabnya, sifat – sifat klien yang relevan dan berpengaruh pada penyesuaian diri. Diagnosis meliputi :
1. Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif misalnya dengtan menggunakan kategori Bordin dan Pepinsky
a. Dependence atau Ketergantungan.
b. Lack of information atau Kurang innformasi.
c. Self Conflict atau Konflik Diri
d. Choice Anxicty atau Kecemasan dalam membuat pilihan.
Kategori Diagnostik dari pepinsky
a. Lack of Assurance atau Kurang dukungan
b. Lack of Information atau kurang informasi
c. Lack of Skill atau Kurang memiliki ketrampilan
d. Dependence atau Ketergantungan
e. Self Conflict atau Konflik diri
2. Menentukan Sebab – sebab,
Mencangkup hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangkan sebab – sebab gejala.


3. Prognosis
Terkandung dalam diagnosis misalnya, diagnosisnya kurang cerdas maka prognosisnya menjadi kurang cerdas untuk kerjaan sekolah yang sulit, sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin menjadi dokter. Kalau client belum sanggup berbuat demikian maka konselor bertanggung jawab dan membantu client untuk pengambilan langkah untuk dirinya sendiri walaupuun secara emosional belum mau menerima.

4. Tahap Konseling
a. Belajar terpimpin menuju pengertian diri.
b. Mendidik kembali atau menngajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan.
c. Bantuan pribadi dan konselor supaya konseling mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari – hari.
d. Mencangkup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
e. Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran.
Konseling merupakan usaha untuk menerapkan metode sebab akibat dari analisis kepada semua fase kehidupan da perilaku. “ Metode pembelajaran yang bersifat umum dalam menghadapi berbagai macam situasi “ ( Peterson 1996, Hal 55 ).

5. Tahap Tindak Lanjut
Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi masalah baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang digunakan harus disesuaikan dengan individualitas klien.


Teknik Konseling
Teknik – teknik yang dapat digunakan dalam proses konseling adalah :
1. Penggunaan dalam hubungan intim ( Repport )
Konselor harus menerima konseling dalam hubungan yang hangat, intim, bersifat pribadi, terhindar dari hal – hal yang mengancam konseling.
2. Memperbaiki Pemahaman diri
Konseling harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannnya.
3. Member nasehat dan perencanaan program kegiatan
Konselor mulai bertolek dari pilihan, tujuan, pandangan, atau sikap konselor dan kemudian menunjukan data yang mendukung atau tidak dari hasill diagnose.
Ada tiga metoda dalam pemberian nasehat :
a. Nasehat langsung ( Direct Advising ), dimana konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
b. Metode persuasive
Dengan menunjukan pilihan yang pasti dan jelas sehingga konseling melihat alternative yang mungkun dilakukan.
c. Metode penjelasan
Merupakan metode yang paling dikehendaki dan memuaskan. Konselor secara hati – hati dan perlahan menjelaskan data diagnostic dan menunjukan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseling.
d. Melaksanakan rencana
Konselor memberikan bantuan dalam menetapkan pilihan atau keputusan serta implementasinya.
Menunjukan kepada petugas lain atau referal.
Jika konselor merasa tidak mampu menangani masalah konseling, maka dia harus merujuk konseling kepada pihak lain yang lebih berkompeten untuk membantu konseling.
Kritik dan Kontribusi
1. Teori ini menerapkan pendekatan ilmiah pada konseling.
2. Penekanan pada penggunaan data tes obyektif, dapat membawa pada upaya perbaikan dalam pengembangan dan penggunaanya.
3. Penekanan yag diberikan pada diagnostic mengandung makna suatu perhatian masalah dan suatu sumbernya serta mengarah pada teknik – teknik untuk mengatasinya.
4. Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menseimbangkan pandangan yang lain yang lebih menekankan aspek afektif / emosional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar